Tuesday, May 26, 2009

Pulanglah Adikku

Sudah beberapa minggu Dia, yang sudah kuanggap adik sendiri datang ke Makassar meninggalkan kota tempat dia, suami dan anak-anaknya tinggal.
Walaupun agak pribadi keluhannya, tapi mamie merasa penting untuk mencatat ini sebagai suatu hal yang mungkin nantinya bisa mengingatkan kita-kita sekalian.
Dikarenakan masih tinggal bersama mertua dan suami yang kerja serabutan, Dia merasa tidak cukup. Semuanya serba kekurangan. Dia selalu kuatir akan bagaimana hidupnya kelak, gimana sekolah anak-anak, gimana makan dan sandang dan sebagainya yang membuat dirinya merasa harus berbuat sesuatu.

Walaupun sebenarnya dia punya keahlian yaitu menjahit, itupun tak cukup dirasanya untuk bisa menghidupinya. Akhirnya dengan minta bantuan saudara-saudaranya di makassar, dia berharap bisa kemari dan mencari penghidupan baru. Dengan alasan yang dibuat agar suami percaya maka berangkatlah Dia ke Makassar dengan biaya yang merupakan hasil patungan dari saudara2nya.

Saat itu memang Dia sudah tidak bisa menahan lagi tekanan yang menurutnya sangat membuat dia sedih, berpikir tentang apa yang akan terjadi pada hidupnya kemudian. Tetapi ini mungkin saja proses yang harus dilalui untuk bisa menyadari. Kadang saat kita memiliki sesuatu kita jarang menyadarinya sampai barang/orang tersebut sudah tidak ada lagi.

Demikian yang dirasakan Dia, niat untuk bisa bekerja di makassar tak kesampaian juga, dikarenakan merasa bersalah telah membohongi suaminya dan meninggalkan seorang anaknya disana. Suatu hal yang memang harusnya jadi pelajaran untuk kita semua, bahwa restu itu penting untuk melaksanakan niat kita. Restu yang sebenarnya melepaskan diri kita dari rasa bersalah dan tidak mendapat dukungan. Alhasil Dia melalui hari-harinya dengan tanpa ada sesuatu yang dikerjakan yang berhubungan dengan niatan awalnya. Malahan cenderung resah merasa terombang ambing diantara pilihan antara menetap dan tidak.

Akhirnya dengan keadaan tak menentu, Dia menjadi labil, bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
Setelah bermusyawarah dengan suami, saya akhirnya berbicara kepada Dia. Yang namanya pernikahan adalah mustahil jika tidak terdapat hal yang tidak sesuai dengan keinginan.
Tetapi pernahkah kita sadar bahwa setiap benturan, goncangan itu akan membuat kita lebih dewasa dan lebih bisa memahami, menerima arti hidup?

Kadang banyak orang yang gagal dan hampir gagal dalam menjalankan kehidupan perkawinan dengan alasan, saya tidak cocok lagi, atau semuanya tidak sesuai dengan keinginan saya lagi

Tapi layaknya intan, untuk memperoleh intan yang bersinar, haruslah diamplas hingga sinarnya bercahaya dan bernilai mahal
kira-kira seperti itulah kita hidup dan belajar dengan orang-orang disekitar kita termasuk kepada pasangan kita

Pulang lah adikku,
Jangan lari dari keadaan yang akan membuat diri kita menjadi intan yang bisa memberikan cahaya bagi orang-orang disekitar kita.

No comments: