Ternyata 'memiliki' perasaan 'memiliki' itu menyiksa.
Coba aja, seandainya dibandingkan perasaan kehilangan yang 'punya' dan orang yg biasa2 saja saat ditimpah musibah banjir misalnya. Yang paling susah siapa yah?
Tapi sebenarnya gak bisa juga diukur dari luarnya, tetapi perasaan 'memiliki' itu.
Materi
Benarkah materi yg membuat kita bisa menikmati hidup?
Contoh aja mamie, perasaan semenjak mamie ada keliatan sedikit longgar justru serangan dari luar datang bertubi-tubi.
Malah ada kesan 'sombong' yg dilontarkan oleh orang2 yg seharusnya malah tau proses yang mamie lalui.
Perasaan lebih mending saat gak ada yang memperhatikan, saat materi sangat terbatas untuk keperluan sehari-hari. Memang istilah ada gula ada semut itu dah aturan alam. Gak bisa ditolak lagi. Tinggal kita mungkin menempatkan semut tersebut apakah sebagai pengganggu atau malah wadah untuk berbagi.
Berbagi, kata yang seharusnya mudah untuk dilaksanakan. Apa kira2 yg menghalanginya? Apakah perasaan memiliki itu? Sepertinya iyah. Gak usah jauh, kadang waktu pacaran aja kita bakal kelabakan kalo sang kekasih punya atensi sama cewek lain. Wuah hati ini jadi panas, mau komplain tapi malu. Gimana caranya, mau claim 'kamu milik aku' belum bisa juga, trus dibiarin gak rela juga. Kalau sudah begitu pasti uring2an deh.
Sama juga dengan barang khan, pokoknya yg dasarnya 'milik aku' itu pasti memberatkan. Bagaimana cara meringankannya. Yah kembali berserah diri bahwa apapun yg didunia ini adalah BUKAN MILIK KITA. Apapun itu... Bahkan jiwa kita.. tubuh kita (kata kita mungkin berupa pinjaman aja yah) .. Tetap berusaha mamie untuk tanamkan keyakinan itu. Ganbarimasu....
Coba aja, seandainya dibandingkan perasaan kehilangan yang 'punya' dan orang yg biasa2 saja saat ditimpah musibah banjir misalnya. Yang paling susah siapa yah?
Tapi sebenarnya gak bisa juga diukur dari luarnya, tetapi perasaan 'memiliki' itu.
Materi
Benarkah materi yg membuat kita bisa menikmati hidup?
Contoh aja mamie, perasaan semenjak mamie ada keliatan sedikit longgar justru serangan dari luar datang bertubi-tubi.
Malah ada kesan 'sombong' yg dilontarkan oleh orang2 yg seharusnya malah tau proses yang mamie lalui.
Perasaan lebih mending saat gak ada yang memperhatikan, saat materi sangat terbatas untuk keperluan sehari-hari. Memang istilah ada gula ada semut itu dah aturan alam. Gak bisa ditolak lagi. Tinggal kita mungkin menempatkan semut tersebut apakah sebagai pengganggu atau malah wadah untuk berbagi.
Berbagi, kata yang seharusnya mudah untuk dilaksanakan. Apa kira2 yg menghalanginya? Apakah perasaan memiliki itu? Sepertinya iyah. Gak usah jauh, kadang waktu pacaran aja kita bakal kelabakan kalo sang kekasih punya atensi sama cewek lain. Wuah hati ini jadi panas, mau komplain tapi malu. Gimana caranya, mau claim 'kamu milik aku' belum bisa juga, trus dibiarin gak rela juga. Kalau sudah begitu pasti uring2an deh.
Sama juga dengan barang khan, pokoknya yg dasarnya 'milik aku' itu pasti memberatkan. Bagaimana cara meringankannya. Yah kembali berserah diri bahwa apapun yg didunia ini adalah BUKAN MILIK KITA. Apapun itu... Bahkan jiwa kita.. tubuh kita (kata kita mungkin berupa pinjaman aja yah) .. Tetap berusaha mamie untuk tanamkan keyakinan itu. Ganbarimasu....
2 comments:
Istilah kerennya, "earthly possessions". Emang sih ada orang bijak zaman dulu yg bilang: kalau ingin memiliki, harus siap merasa kehilangan. Lantas, kalau tidak mau kehilangan, jadi tidak perlu merasa memiliki? Tidak juga.
Toh memiliki itu punya implikasi tanggung jawab, bukan kekuasaan atas yg dimiliki. Sesuatu yg dipercayakan jadi milik kita harus kita rawat dan pelihara.
Dan bila tiba waktunya berpisah dengan semua "earthly possessions" itu, kalau memang harus merasa kehilangan, biarlah kita merasa kehilangan. Tapi kita juga tidak lupa berkata: Tuhan yang memberikan, Tuhan juga yang mengambil.
thanks, emang kesannya jadi apatis yah.. terima kasih untuk masukannya dan mungkin mamie pilih kata 'pinjam' milik Tuhan aja, dan barang pinjaman itu harus di treat dengan rasa tanggung jawab yah.. trims a lot yah.. :)
Post a Comment