Amdan, anakku yang paling bungsu (yakin nih?) usianya baru 4 tahun November ini. Tapi kecakapannya tuh bagi aku lebih dari usianya. Bahkan aku pernah salah mengingat usianya dikarenakan ke’dewasaan’nya. Tetapi tetap saja dia sebagai anak2 umumnya yang polos.
Kemarin saat puasa semua orang yang bertemu dengan dia dan kali ungkapan ini dah jadi ‘ritual’ ketika bertemu. ‘Amdan puasa yah?’ trus dijawab, “nggak, gak bisa tahan susu”. Sampai saat ini kalo ingat itu aku kadang senyum-senyum sendiri. Dengan menjawab apa adanya, dia gak peduli akan pendapat orang terhadapnya. Nggak perlu Ja-im. Pokoknya nggak bisa kalo nggak minum susu titik.
Lain lagi seorang teman yang ‘bela-belain’ menjelaskan bahwa dia nggak puasa karena alasan kesehatan. Lagian, emang itu punya pengaruh buatku? Harusnya gak khan. Namanya juga itu ibadah, berarti urusan masing-masing orang, masing-masing pribadi, bener gak??!
Tapi lihat deh fenomena sekarang, semua pengen dikemas ‘cantik’ bahkan pribadi pun demikian, hanya untuk mendapat ‘pengakuan’ dari orang lain sebagai orang yang baik, soleh, dll, dsb. Kejujuran sekarang sudah jadi barang yang sulit ditemukan, harusnya mahal tuh.
Pernah mamie ngobrol sama seorang teman mengenai ‘kejujuran’. Katanya sih kalo mau belajar mengenai kejujuran itu kuncinya adalah jujur sama diri sendiri. How? Simple aja sih katanya, misalnya kalo rasa lapar timbul yah makan, kalo ngantuk yah tidur, coba lihat efek yang ditimbulkan jika kita gak jujur sama diri, sudah di’ingatin’ sama rasa lapar, masih aja cuek akhirnya sakit maag menyerang. Gila, efek gak jujur itu ternyata fatal yah! Gimana kalo gak jujur sama orang lain? Apa lagi sama si Boss? Waduh gak bisa ngebayangin. Mamie jadinya pengen seperti Amdan aja, gak harus ja-im, polos, jujur.. bener-bener … memang mamie masih harus banyak belajar… even dari Amdan.
No comments:
Post a Comment